Fenomena dan aktivitas ekonomi yang berkembang di masyarakat seperti aktivitas produksi, pengolahan, pemasaran dan berbagai lembaga perekonomian yang ada, sesungguhnya sudah ada sejak lama dan menjadi fokus perhatian dari sosiologi klasik. Tokoh sosiologi klasik seperti Emile Dhurkeim, Max Wber dan Karl Mark menaruh perhatian pada keterkaitan ekonomi dengan kelas sosial, agama, birokrasi dan aspek-aspek sosial lainya.

Sekitar tahun 1980-an, lahirlah sosiologi ekonomi baru yang tidak hanya menaruh perhatian pada aspek produksi dan kehidupan di dunia industri tetapi juga menaruh perhatian pada persoalan sosial ekonomi yang semakin luas. Seperti Mark Granovetter yang mengenalkan istilah pelekatan dengan antusisas mendukung menggunakan analisis jaringan dalam sosiologi ekonomi. Pada tahun 1980a-n Granovetter lebih fokus pada tiga konsep penting yakni pelekatan, jaringan dan konstruksi sosial ekonomi. Selanjutnya ada tokoh bernama Piere Burdieu pada tahun 2000-an yang memiliki penekanan dan pendekatan yang lebih struktutral terhadap fenomena ekonomi yakni dengan dengan konsep seperti habitus, anah, kepentingan dan modal.

Dalam satu dekade terakhir, sosiologi ekonomi baru semakin berkembang pesat dan merambah wilayah kajian yang sangat luas meliputi banyak fenomena ekonomi yang substantif. Dalam perkembangan sosiologi ekonomi yang baru hampir semua aspek aktivitas ekonomi dikaji baik ditingkat individu, kelompok, masyarakat, komunitas dan kelembagaan. Sosiologi organisasi, pasar dan lembaga ekonomi lainnya, konsumsi dan waktu luang, isu-isu makro seperti perkembangan kapitalisme, analisis komparatif sistem perekonomian, dan dampak perekonomian terhadap kebudayaan dan agama merupakan beberapa wilayah kajian sosiologi ekonomi yang baru yang terus berkembang hingga saat ini.

Sebagai bagian dari ilmu sosial, sosiologi menyadari bahwa untuk menjelaskan dan memahami realitas sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat tidaklah cukup dengan mengandalakn teori-teori sosiologi klasik tetapi juga harus menyapa disiplin ilmu lainnya termasuk ilmu ekonomi seperti kelas sosial, gaya hidup, alienasi, anomi dan lain-lainnya. Sebagai contoh : seseorang yang meyakini dengan menggunakan tas merk tertentu akan menaikkan gengsinya dimata orang-orang di lingkungan sosialnya, maka jangan heran jika ia bersedia mengeluarkan dana hingga puluhan juta rupiah hanya untuk membayar sebuah tas di plaza terkenal di luar negeri, yang mode, ukuran dan fungsinya tak berbeda dengan tas berkmerek yang banyak dijual di pasar-pasar murah. Seseorang juga dapat membeli tas atau produk-produk industri budaya yang lainnya dalam jumlah sebetulnya sudah tidak lagi dibutuhkan sehingga menjadi pemboros dan konsumen seolah tidak pernah puas untuk terus mengkonsumsi berbagai produk keluaran terbaru. Untuk menjelaskan fenomena seperti ini jelas tidak hanya mengandalkan pada ilmu ekonomi atau ilmu sosiologi saja, karena fenomena seperti ini baru bisa dipahami jika dikaji dengan menggunakan ilmu yang saling melengkapi yaitu sosiologi ekonomi.